banner image

Michael Owen: Dari Hall of Fame ke Badai Cibiran Fans Liverpool

Sebagai mantan pemain Liverpool, Michael Owen seharusnya mendapatkan tempat terhormat di hati para Kopites. Bayangkan, 8 musim berseragam Liverpool (13 musim kalau dihitung sejak akademi), jadi top scorer klub selama 7 musim berturut-turut, mencetak 158 gol, dan bahkan masuk dalam daftar 10 besar pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Liverpool. 


Nama Owen seharusnya bisa bersanding dengan para legenda The Reds seperti Kenny Dalglish, Ian Rush, Steven Gerrard, Jamie Carragher, atau bahkan Mohamed Salah. Harusnya, loh. Tapi realitas berkata lain. Alih-alih dielu-elukan, nama Michael Owen justru lebih sering jadi bahan sumpah serapah di kalangan fans Liverpool. Gara-garanya? Ya apalagi kalau bukan “dosa besar” yang dia lakukan pada 2009: bergabung dengan rival abadi, Manchester United. 

Liverpool vs Manchester United: Rivalitas yang Tak Kenal Ampun 

Buat yang kurang akrab dengan sepak bola Inggris, persaingan antara Liverpool dan Manchester United ini bukan sekadar persaingan biasa. 

Ini semacam Romeo dan Juliet-nya dunia bola, tapi dengan lebih banyak hinaan, lebih sedikit cinta, dan tentu saja, lebih banyak kartu merah. Rivalitas mereka sudah berlangsung sejak Revolusi Industri, ketika kota Liverpool dan Manchester berebut supremasi ekonomi. Nah, rivalitas itu kemudian merembet ke sepak bola dan menjelma menjadi permusuhan yang mengakar. 

Saking sengitnya, ada “perjanjian tak tertulis” bahwa Liverpool dan Manchester United pantang untuk saling transfer pemain secara langsung. Kali terakhir kedua klub melakukan transaksi jual-beli pemain adalah pada 1964, saat Phil Chisnall pindah dari United ke Liverpool. Setelah itu? Nggak ada. Haram hukumnya. Kalaupun ada pemain yang pernah membela kedua klub, biasanya melalui jalur muter-muter dulu. Singgah ke klub lain, baru akhirnya bisa nyemplung ke rival. 

Dan Michael Owen adalah satu dari sedikit pemain yang mengambil jalan berliku ini. 

Owen, Nomor 7, dan Kejutan Sir Alex Ferguson 

Setelah meninggalkan Liverpool pada 2004, Owen sempat merantau ke Real Madrid, lalu kembali ke Inggris untuk membela Newcastle United. 

Nah, di sinilah titik balik yang bikin fans Liverpool naik darah: musim panas 2009, tiba-tiba Manchester United mengumumkan bahwa mereka merekrut Michael Owen. Lebih gila lagi, Sir Alex Ferguson langsung memberikan Owen nomor punggung 7. Nomor 7, men!Nomor yang sebelumnya dikenakan Cristiano Ronaldo dan jauh sebelum itu, dipakai oleh nama-nama besar seperti Eric Cantona, David Beckham, dan George Best. 

Tentu saja, keputusan ini bikin fans Liverpool semakin panas. Sudah bergabung ke Manchester United, pakai nomor keramat pula. Lengkap sudah. Owen melakukan debutnya dalam laga persahabatan melawan Malaysian XI dan langsung mencetak gol. 

Selama di Old Trafford, ia tidak menjadi pemain utama, tapi perannya tetap signifikan. Salah satu momen terbaiknya terjadi di Derby Manchester pada 20 September 2009, ketika ia mencetak gol di menit 96 yang memastikan kemenangan 4-3 untuk United. 

Gol itu membuatnya dicintai fans Setan Merah, tapi di saat yang sama, semakin dibenci oleh fans Liverpool. Puncaknya, di musim 2010-2011, Owen akhirnya meraih sesuatu yang tak pernah ia dapatkan selama berseragam Liverpool: Trofi Premier League. 

Ya, ironi memang. Pemain yang besar di Liverpool justru meraih gelar liga bersama Manchester United. Dari Hall of Fame ke Badai Cibiran Fans Liverpool Sejak kepergiannya ke United, nama Owen memang sudah dihapus dari hati fans Liverpool. Namun, yang membuat luka itu kembali terbuka adalah ketika Premier League memasukkan Owen dalam nominasi Hall of Fame 2024. 

Akun resmi Liverpool sempat mengunggah poster nominasi Owen bersama Robbie Fowler, tapi alih-alih merayakan pencapaian tersebut, fans Liverpool justru ramai-ramai mencaci Owen di kolom komentar. 

"Fowler saja yang masuk, Owen nggak usah!" 

"Kenapa dia masih dianggap bagian dari Liverpool?" 

"Pengkhianat nggak layak masuk Hall of Fame Liverpool." 

Begitulah kira-kira reaksi fans The Reds. Seakan-akan pencapaian Owen di Liverpool tak lagi berarti, hanya karena ia sempat mengenakan seragam Manchester United. Ini menunjukkan bahwa dalam dunia sepak bola, rivalitas tidak sekadar soal menang atau kalah, tapi juga soal identitas dan loyalitas. Dan dalam kasus Owen, keputusannya untuk bergabung dengan Manchester United sudah cukup untuk menghapus semua kenangan indahnya bersama Liverpool. 

Sebuah kisah yang tragis? Mungkin. Tapi, kalau melihat trofi Premier League yang ia angkat bersama United, mungkin bagi Owen, ini adalah keputusan yang sepadan.
Michael Owen: Dari Hall of Fame ke Badai Cibiran Fans Liverpool Michael Owen: Dari Hall of Fame ke Badai Cibiran Fans Liverpool Reviewed by Fajar Bintang on Oktober 08, 2015 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.